Menurut
cerita dongeng, Gunung Semeru berasal dari India dibawa oleh para Dewa. Pada
zaman dahulu kala (kayak orang tua-tua cerita), gunung yang dibawa dari India
tersebut adalah Meru. Pada awalnya Gunung Meru yang oleh para dewa
ditaruh di Jawa Barat, namun keadaan Pulau Jawa tidak seimbang. Pulau Jawa
berat sebelah, dan sisi Timur terjungkit. Sehingga kemudian keberadaan Gunung
Meru dipindah ke Jawa Timur. Dalam perjalanan pemindahan gunung tersebut,
puncak dari gunung tersebut jatuh tercecer sehingga menjadi gunung-gunung
seperti Arjuno, Penanggungan dan lain-lain.
Gunung
Semeru memiliki pesona alam yang begitu bagus, salah satunya adalah Ranu
Kumbolo. Ranu Kumbolo terbentuk dari letusan Gunung Bajangan yang berada di
bawah Puncak Mahameru. Aliran lava dan material letusan membentuk lembahan yang
cukup besar sehingga membentuk danau. Ranu Kumbolo merupakan suatu danau yang
indah di ketinggian 2.426 mdpl. Danau Ranu Kumbolo merupakan salah satu
surganya para pendaki. Perjalanan menuju ke Ranu Kumbolo dapat ditempuh 4 jam
perjalanan dari pos terakhir tempat registrasi di Desa Ranu Pane. Dalam
perjalanan menuju ke Ranu kumbolo terdapat 4 selter sebagai tempat istirahat
sementara. Para penndaki melewati hutan hujan basah yang kemudian
ditengah-tengahnya terdapat Daerah yang diberi nama Watu Rejeng. Setelah Watu
Rejeng perjalanan akan memutari pungungan hingga keluar dari hutan dan berjumpa
dengan Ranu Kumbolo.
Pada
danau Ranu Kumbolo terdapat satu prasasti yang diperkirakan dikeluarkan pada zaman
Kerajaan Khadiri. Prasasti tersebut berbunyi "Mpu Kameswara Tirtayasa" yang menggunakan bahasa jawa kuno
tengah masa Khadiri dengan tulisan kuadrat. Letak prasasti tersebut menghadap
ke Ranu Kumbolo dengan tulisan membelakangi Danau. Prasasti ini dikeluarkan
oleh raja Kameswara atau raja Bameswara yang merupakan raja kerajaan Khadiri.
Prasasti tersebut berfungsi sebagai tanda fungsi danau sebagai air suci, bukan
menghadap ke Puncak Mahameru.
Terdapat
enam prasasti yang dikeluarkan oleh Raja
Bamsewara dan telah diartikan yaitu prasasti Padlegan 1038 Saka (1117 Masehi),
prasasi panumbang tahun 1042 Saka (1120 Masehi), prasasti Geneng tahun 1050
Saka (1128 Masehi), Prasasti Candi Tuban tahun 1051 Saka (1124 Masehi) dan
prasasti Tangkiln tahun 1025 Saka (1130 Masehi). Seluruh prasasti masa Raja
Bameswara tersebut dapat dilihat masa berkuasanya Raja Bameswara sekitar tahun
1117 Masehi-1130 Masehi. Sehingga dapat diperkirakan prasasti Ranu Kumbolo
dikeluarkan sekitar taahun tersebut.
Beberapa
pendapat mengatakan bahwa fungsi dari Ranu Kumbolo adalah sebagai tempat
bersemedi bagi Raja Bameswara. Keberadaan danau Ranu Kumbolo yang merupakan
tempat mandi para dewa, dijadikan sebagai air suci gunung Semeru. Keterkaitan
tersebut yang menjadi dasar pendapat bahwa di Ranu Kumbolo dijadikan tempat
semedi Raja Bameswara.
Prasasti
Ranu Kumbolo merekam jejak Kerajaan Khadiri yang telah melakukan perjalanan dan
menandai daerah kekuasaannya jauh ke tanah yang mempunyai ketinggian 2.426
mdpl. Rute perjalanan Raja Bameswara dimulai melalui jalur lama, bukan melalui
jalur pendakian Gunung Semeru pada saat ini via Desa Ranu Pane. Namun
perjalanan Raja Bameswara via Desa Gubuk Klakah yang terdapat sebuah candi di
desa tersebut sebagai gerbang menuju tempat suci Gunung Semeru.
Gunung
Semeru memiliki puncak yang bernama Mahameru. Gunung Semeru dalam kepercayaan
Hindu Jawa merupakan tempat bersemayam Para Dewa, sehingga disucikan. Maka dari
itu Ranu Kumbolo dijadikan tempat air suci dari gunung suci Semeru. Namun
terlepas dari semua cerita tersebut, Gunung Semeru memberikan pesona alam yang
mempesona. Gunung tertinggi dipulau Jawa ini merupakan gunung wajib didaki
diPulau Jawa bagi para pendaki baik dalam negeri maupun luar negeri.