Air terjun Coban rondo ini memiliki ketinggian 84 meter dengan debit air 90 liter hingga 150 liter, sehingga memiliki air yang cukup deras walaupun ketika musim kemarau. Namun hati-hati ketika curah hujan sedang tinggi karena dapat menyebabkan banjir bandang.
Air terjun yang bermata air di Cemoro Dudo ini memiliki kisah tersendiri dibalik penamaan air terjun yang sangat terkenal di Malang ini. Coban sendiri menurut warga Malang adalah air terjun, dan Rondo dalam bahasa Jawa berarti Janda. Penggambilan nama Janda yang lekat pada air terjun ini menyimpan kisah yang perlu di ketahui sebelum berkunjung ke sana.
Cerita legenda Coban rondo dimulai dari kisah asmara Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi dan Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Setelah pernikahan mereka mencapai 36 hari atau yang dalam bahasa jawa disebut selapan. Ketika itu Dewi Anjarwati mengajak Raden Baron Kusumo untuk berkunjung ke mertuanya di gunung Anjasmoro. Namun tentangan datang dari orang tua Dewi Anjarwati yang menentang mereka untuk berpergian jauh. Alasan yang diberikan adalah karena usia pernikahan mereka yang masih masuk masa selapan. Menurut tradisi Jawa, pasangan yang baru menikah tidak boleh berpergian jauh apabila usia pernikannya baru selapan. Namun keduanya bersikukuh untuk pergi dengan apapun resiko yang akan terjadi di perjalanan.
Ketika dalam perjalanan, mereka dikejutkan oleh kemunculan Joko Lelono yang tidak jelas asal-usulnya. Kehadiran Joko Lelono membuat keduanya gusar. Kegusaran keduanya disebabkan oleh sikap Joko Lelono yang terpesona oleh kecantikan Dewi Anjarwati dan berusaha merebutnya. Namun Raden Baron Kusumo tidak tinggal diam, untuk mempertahankan pernikahannya dengan Dewi Anjarwati maka Raden Baron Kusomo menantang Joko Lelono untuk bertanding adu kesaktian dan Joko Lelono pun menyanggupinya.
Sebelum pertandingan terjadi, Raden Baron Kusomo berpesan kepada para pembantunya untuk menyembunyikan Dewi Anjarwati di suatu tempat yang ada air terjunnya atau coban dalam bahasa Jawa. Perkelahian yang tak terelakkan lagi terjadi. perkelahian terjadi sangat seru, keduanya terlibat adu ilmu yang dimilikinya. Keduanya sama-sama kuat sehingga keduanya sama-sama gugur. Akibat pertarungan tersebut maka status Dewi Anjasmoro menjadi Janda atau Rondo dalam bahasa jawa. Sejak saat itulah coban tempat bersembunyinya Dewi Anjasmoro dinamakan dengan Coban Rondo hingga sekarang.
Konon batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang puteri yang merenungi nasibnya.
0 komentar:
Posting Komentar